Manila (ANTARA News) - Bom jalanan menewaskan empat orang dalam iringan politisi Filipina pada Kamis, sementara ledakan bus terpisah mencederai selusin lain di wilayah bergolak di bagian selatan negara itu, kata pihak berwenang.

Ledakan pertama di pulau Basilan menewaskan tiga pengawal pejabat setempat -Abdulbaki Ajibon- dan seorang lain, kata mereka, lapor AFP.

Sebelas orang di iringan dua kendaraan itu juga terluka, tapi Ajibon, wakil wali kota Isabela, tidak terluka, kata kepala polisi Isabela Inspektur Albert Larubis kepada wartawan.

Penyidik menyatakan bom itu ditanam di dekat rumah wali kota Isabela, Cherrylyn Akbar, tapi tidak jelas yang mana dari dua pejabat itu yang disasar.

Ledakan itu menghancurkan mobil bak terbuka pendukung iringan Ajibon, tambah Larubis.

Belum ada kelompok mengaku bertanggung jawab, meskipun Basilan adalah kubu kelompok terkait Al Qaida, Abu Sayyaf, yang dituding melancarkan penculikan terhadap orang Barat serta pengeboman maut.

Bom juga meledak di bus di dekat kota pertanian Polomolok pada hari sama, sekitar 300 kilometer dari Isabela, kata polisi.

Pemeras diduga berada di balik serangan yang melukai 12 orang itu, termasuk seorang gadis tujuh tahun, kata Inspektur Jose Briones, direktur polisi propinsi tersebut.

Pada bulan lalu, satu orang tewas dan 22 lagi luka-luka dalam ledakan di bus lain di kota pelabuhan selatan, Zamboanga.

Pasukan keamanan Filipina pencari tiga warga asing dan seorang perempuan warga setempat, yang diculik, menemukan kapal penculiknya, namun belum memastikan kelompok penculik mereka dari loka wisata di Filipina selatan, kata juru bicara militer, pada September.

Kelompok bersenjata menculik dua wisatawan Kanada, seorang manajer loka wisata warga Norwegia dan seorang perempuan warga Filipina itu pada dua hari sebelumnya di loka wisata pulau Salam, Davao, kota terbesar di pulau Mindanao, Filipina selatan.

Kelompok tersebut kabur bersama sandera mereka dengan menggunakan kapal.

Serangan itu menjadi pengingat bahwa keadaan di kawasan selatan masih tidak aman meskipun pada 2014 tercapai kesepakatan perdamaian dengan kelompok pemberontak Moro, yang mengakhiri perang 45 tahun, yang menewaskan 120 ribu orang dan membuat dua juta orang mengungsi.
(Uu.B002/T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015