ASEAN selama ini mampu untuk tidak pro-China atau pro-AS, dan ketidakberpihakan itu sudah jadi keunggulan ASEAN."
Jakarta (ANTARA News) - Negara-negara anggota ASEAN harus dapat memberikan kontribusi yang transformatif dalam menghadapi pergolakan di kawasan Asia-Pasifik akibat pengaruh China yang semakin meningkat maupun kepemimpinan Presiden Donald Trump di Amerika Serikat (AS), kata mantan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa.

"ASEAN harus mempunyai kemampuan untuk memberi dampak positif di kawasan. Ini situasi yang sangat tidak pasti. Anggota ASEAN harus memberi kontribusi transformatif untuk mengatasi pergolakan daripada menjadi korban dari negara-negara kekuatan besar," ujarnya di Jakarta, Senin.

Dalam seminar bertema "Middle Power Possibilities at a Moment of Turbulence in the Asia-Pacific", Marty mengemukakan, Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) selama ini selalu menjadi organisasi regional yang bersikap independen dan mampu menyiapkan mekanisme, serta instrumen yang tidak memihak kepada China maupun AS dalam menghadapi masalah di kawasan.

"ASEAN selama ini mampu untuk tidak pro-China atau pro-AS, dan ketidakberpihakan itu sudah jadi keunggulan ASEAN," kata Duta Besar RI untuk Inggris Raya dan Irlandia itu.

Ia menimpali, "Untuk itu, ASEAN tidak boleh pasif. Saya yakin ASEAN dapat menjadi transformatif dan dapat berpikir di luar kotak. Saya berharap kita punya keberanian untuk menjadi transformatif, karena kalau tidak, kita akan terpecah-pecah."

Sementara itu, pengamat politik luar negeri dari The Habibie Center (THC) Dewi Fortuna Anwar menilai bahwa negara-negara middle power, seperti anggota ASEAN harus lebih berperan dalam menjaga dan memperkuat institusi yang bersifat rule-based untuk menghadapi tantangan yang muncul dari kemungkinan pergeseran keseimbangan kekuatan antara China dan AS di kawasan Asia-Pasifik.

"Kita harus bisa menjadi pemain, bukan hanya mengikuti atau tawar-menawar dengan negara besar. Negara middle power juga harus bisa mengubah permainan," ujarnya.

Dewi mengatakan, negara-negara ASEAN harus menciptakan otonomi strategis guna memastikan terjaganya stabilitas, perdamaian, dan kesejahteraan di kawasan.

"ASEAN harus memainkan peran penting untuj menjaga otonomi strategis kawasan Asia Tenggara sehingga kita tidak lagi terpecah-pecah atau dibelah oleh negara-negara yang lebih besar," katanya.

Selain itu, Dewi menekankan bahwa negara anggota ASEAN perlu menciptakan arsitektur regional yang lebih inklusif dan ASEAN harus menggunakan semua instrumen yang telah dimiliki organisasi regional tersebut dalam menghadapi pergolakan yang mungkin timbul di Asia-Pasifik di masa mendatang.

"ASEAN harus memainkan peran negara-negara middle power dengan lebih percaya diri. Jadi, ini tentang bagaimana kita mengendalikan situasi sekarang ini yang tidak sesulit yang kita bayangkan. Untuk kita, normal saja berada dalam situasi yang penuh pergolakan," demikian Dewi Fortuna Anwar.

Reporter: Yuni Arisandy
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017