Ekonom Universitas Diponegoro Semarang, Nugroho SBM, di Semarang, Jumat, mengatakan, ASEAN secara geopolitik dan ekonomi tetap merupakan kekuatan penting di Asia, bahkan dunia, karena itu pembentukan mata uang tunggal akan memperkuat mata uang ini dari tekanan dolar AS, misalnya.
Dengan diberlakukannya mata uang tunggal ASEAN, menurut dia, maka pengaruh kuat dolar AS terhadap mata uang kawasan bisa disterilkan sehingga bisa memperkuat posisi moneter negara-negara ASEAN.
"Memang dibutuhkan waktu sangat panjang. Uni Eropa saja butuh waktu sekitar 60 tahun sebelum sepakat menggunakan euro sebagai mata uang tunggal. Akan tetapi, lebih baik fondasi rencana mata uang tunggal ASEAN dibahas mulai sekarang ini," katanya.
Ia menjelaskan, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina bisa menjadi lokomotif untuk mendorong pembentukan mata uang tunggal karena anggota lama ASEAN ini memiliki volume perdagangan yang dominan di antara negara ASEAN," katanya.
Menurut dia, memang tidak mudah untuk membentuk mata uang tunggal ASEAN, sebab gagasan besar ini bakal mendapatkan kendala dari negara yang mata uangnya sudah relatif kuat dan tidak ingin data moneternya diketahui oleh negara lain.
"Pembentukan mata uang tunggal membutuhkan adanya transparansi antarbank sentral, padahal tidak semua bank sentral masing-masing negara anggota bersedia membuka informasi. Inilah salah satu kendala beratnya," katanya.
Nugroho memperkirakan peran China dan India di sektor perekonomian dunia dan kawasan Asia semakin penting, yang ditandai dengan membesarnya volume perdagangan kedua negara itu dengan negara-negara ASEAN.
Menurut catatan, nilai perdagangan ASEAN dengan India pada 2010 sekitar 50 miliar dolar AS, sedangkan China sejak diberalkukan perdagangan bebas China-ASEAN mematok target nilai perdagangannya dengan ASEAN mencapai 500 miliar dolar AS pada 2015.
(ANT/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011