Sebagian besar pengungsi yang tiba sejauh ini kaum wanita dan anak-anak."
Jenewa (ANTARA News) - Sedikitnya 9.000 orang menyelamatkan diri akibat kekerasan di bagian utara Nigeria dan mereka melintas ke negara-negara tetangga sementara pemerintah melancarkan ofensif untuk mengakhiri pemberontakan di wilayah itu, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa Selasa.

Seorang pejabat di wilayah itu mengatakan sebanyak 19.000 petani gandum dan padi telah dikejar-kejar sehingga menimbulkan kekhawatiran akan kekurangan pangan, lapor AFP.

PBB mengatakan para pekerja bantuan telah menemukan lebih 3.000 orang di sepanjang perbatasan di dalam wilayah Kamerun, yang merupakan tetangga Nigeria di sebelah utara.

Jumlah mereka yang mengungsi ke Niger tercatat lebih 6.000 orang.

"Sebagian besar pengungsi yang tiba sejauh ini kaum wanita dan anak-anak," kata Adrian Edwards, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, kepada wartawan di Jenewa mengenai pengungsi di Kamerun. "Mereka ditampung di gereja-geraja dan sekolah-sekolah, dan bergantung pada makanan dari gereja dan penduduk setempat."

Meneurut Edwards, mereka yang mengungsi ke Niger termasuk warga Nigeria dan juga orang-orang Niger dan Chad.

UNHCR telah mengirim satu konvoi bantuan ke kawasan itu di Niger tempat para pengungsi berlindung.

Pemerintah Nigeria memberlakukan keadaan darurat di tiga negara bagian di bagian timurlaut negara itu pada Mei dan melancarkan satu ofensif menumpas pemberontakan empat tahun oleh kelompok Bako Haram.

Kantor Hak Asasi Manusia PBB di masa lalu telah menyuarakan tanda-tanda akibat konflik itu terhadap warga sipil, yang menjadi bisa korban oleh pihak pemberontak dan militer.

Dalam serangan paling akhir pada Ahad, para pemberontak melepaskan tembakan ke sekolah menengah dan tempat pemeriksaan militer. Pihak militer membalas serangan itu dan terjaddi baku tembak selama lima ajam di kota Damaturu, di bagian timur laut.

Sebelas orang meninggal dalam kekerasan itu, menurut militer, termasuk tujuh siswa, dua guru dan dua pemberontak.

Rincian ofensif itu telah dipersiapkan sejak dilancarkan pada 15 Mei. Pihak militer telah memutus saluran layanan telepon di banyak kawasan sebagai bagian dari strateginya. Akses ke kawasan-kawasan terpencil tempat banyak operasi terjadi juga dibatasi.

Militer mengklaim berhasil dan serangan-serangan kelompok pemberontak tampak menurun dalam beberapa pekan terakhir. Tetapi muncul pertanyaan-pertanyaan apakah keberhasilan itu akan hanya bersifat sementara. (M016)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013