Yangon/Sanlan (ANTARA News) - Memasuki hari ketiga proses pencarian, jumlah jenazah yang ditemukan meningkat menjadi 31 pada Jumat, setelah satu pesawat militer Myanmar yang mengangkut tentara, anggota keluarga dan awak pesawat hilang di atas perairan Laut Andaman.

Pesawat tersebut terbang menuju utara ke kota terbesar Myanmar Yangon, mengangkut 122 penumpang, termasuk 108 tentara dan anggota keluarga mereka serta 14 awak. Di antara mereka ada 15 anak, 58 orang dewasa dan 35 tentara serta awak pesawat, menurut sebuah pernyataan militer.

Delapan kapal angkatan laut dan sistem sonar telah bergabung dalam pencarian korban insiden Rabu itu, bersama dengan 20 kapal sipil dalam kondisi cuaca badai di pesisir selatan, kata militer.

"Kami belum menerima informasi tentang korban selamat," kata Phyu Phyu Win, pejabat kesejahteraan sosial dan bantuan setempat.

"Mudah-mudahan masih ada yang dapat bertahan," tambahnya.

Sejumlah tentara berkumpul siaga di desa nelayan Sanlan sekitar 600 kilometer dari kota Yangon, kota terbesar di Myanmar, untuk memberikan bantuan jika jenazah telah tiba di daratan.

(Baca: Mayat dan puing dari pesawat Militer Myanmar ditemukan di laut)

Jenazah yang terdiri atas 23 orang dewasa dan delapan anak, telah diangkut dari Laut Andaman dekat kota pesisir Launglon sejak upaya penyelamatan dimulai pada Rabu, kata militer di laman media sosial Facebook resmi mereka.

Pesawat angkut Y-8-200F buatan China hilang pada Rabu setelah lepas landas dari kota pesisir Myeik pada penerbangan militer mingguan.

Pesawat tersebut kehilangan kontak 29 menit setelah lepas landas ketika terbang dengan ketinggian 18.000 kaki (5.485 meter) di atas permukaan laut, sekitar 43 mil (70 kilometer) sebelah barat kota Dawei, kata militer.

Roda pesawat, dua jaket pelampung dan beberapa tas berisi pakaian - yang diyakini berasal dari pesawat yang hilang, ditemukan pada Kamis. Beberapa tumpahan minyak juga terlihat, kata militer.

Penyebab insiden tersebut belum diketahui.

Perkiraan korban selamat akan bertahan tidak lebih dari 24 jam setelah pesawat kehilangan kontak, meski suhu lautnya hangat, kata para ahli.

Banyak jenazah sudah dalam kondisi tidak utuh dan tidak ada korban yang ditemukan mengenakan jaket pelampung, kata seorang anggota regu penyelamat.

Kecelakaan pesawat terbang, baik sipil maupun militer, tidak jarang terjadi di negara Asia Tenggara itu. Sebuah helikopter militer jatuh pada Juni lalu di Myanmar Tengah, menewaskan tiga anggota militer.

Lima anggota militer tewas Februari lalu setelah sebuah pesawat udara jatuh di ibu kota negara, Naypyitaw, menurut laporan media.

/KR-AMQ/M016)

Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017