Yangon (ANTARA News/AFP) - Senator Amerika Serikat (AS), John McCain, diperkirakan akan bertemu dengan pemimpin demokrasi Myanmar dan peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, pada Kamis saat berkunjung untuk melakukan pembicaraan dengan pemerintah baru yang didukung militer dan oposisi.

Kunjungan anggota senior Partai Republik itu terjadi pada saat Presiden Barack Obama, yang mengalahkan McCain dalam pemilihan presiden 2008, mengejar keterlibatan lebih besar dengan militer yang mendominasi bangsa itu.

Pada Rabu McCain, peringkat tinggi Republik di Komite Layanan Bersenjata Senat, bertemu dengan Wakil Presiden Tin Aung Myint Oo dan Menteri Luar Negeri Wunna Maung Lwin di ibu kota Naypyidaw, menurut media pemerintah.

Mereka saling "bertukar pandangan tentang promosi hubungan bilateral dan kerja sama antara kedua negara," menurut laporan New Light of Myanmar.

Pada Kamis McCain diperkirakan mengadakan pembicaraan di Yangon dengan Suu Kyi, yang dibebaskan dari tahanan rumah pada November tak lama setelah junta melakukan pemilu pertama dalam 20 tahun.

Pemilihan umum, yang dimenangkan oleh wakil politik militer itu, dirusak oleh luas keluhan kecurangan dan intimidasi.

Partai Suu Kyi dibubarkan oleh junta militer karena memboikot pemilu dan kini tidak memiliki suara lagi di dalam parlemen baru.

McCain menulis di laman micro-blogging Twitternya bahwa dia "melihat ke depan untuk melihat inspirasi saya, Aung San Suu Kyi. Ini telah terjadi dalam waktu yang sangat lama."

Ia juga diharapkan dapat bertemu Khin Maung Swe, pemimpin Kekuatan Nasional Demokrat, yang dibentuk oleh sekelompok mantan anggota partai Suu Kyi yang memisahkan diri untuk mencari jalan dalam pemungutan suara bulan November dan memenangkan beberapa kursi di parlemen.

"Kami akan membahas isu-isu panas di sini seperti sanksi dan amnesti (tawanan)," kata Khin Maung Swe kepada AFP.

Kelompok hak asasi pekan lalu mengecam Myanmar setelah membebaskan ribuan tahanan bulan lalu dengan amnesti tersebut.

Kebanyakan dari mereka adalah para penjahat dan bukan tahanan politik.

Pembicaraan McCain menyusuli kunjungan bulan lalu oleh diplomat senior AS Joseph Yun, yang menyerukan tindakan "penuh makna, langkah konkret" menuju demokrasi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan pembebasan tahanan politik di negara itu, kata kedutaan besar AS.

Hal itu merupakan pertemuan tingkat tinggi kedua antara kedua negara sejak serah terima kekuasaan kepada pemerintah baru.

Pemerintahan Presiden AS Barack Obama pada 2009 meluncurkan dorongan bagi keterlibatan dengan junta Myanmar.

Tetapi, Washington telah menyuarakan kekecewaan dengan hasil dialog dan menolak untuk meringankan sanksi-sanksi.

Kurt Campbell, asisten sekretaris negara AS untuk Asia Timur, mengatakan di Washington pada Selasa bahwa kesabaran telah tipis dengan Myanmar untuk upaya bergerak menuju demokrasi, tetapi ia menambahkan bahwa AS akan mempertahankan dua tahun kebijakan dialognya dengan rezim itu.

"Tidaklah cukup untuk mengatakan, `Bersabarlah, berikan kita waktu."

Ada sejumlah banyak waktu dan kesabaran yang besar, kata Campbell.

Partai Republik juga mengkritik pemilu November sebagai lelucon kepada calon-stempel karet yang didukung rezim.
(Uu.H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011