"jelas bukan dimaksudkan sebagai ancaman bagi negara-negara di kawasan,"
Hanoi (ANTARA News) - Angkatan Laut Vietnam akan semakin kuat karena negara itu telah berkomitmen membeli enam kapal selam kelas Kilo dari Rusia, yang akan tiba enam tahun sejak sekarang. Ada sinyalemen, langkah Vietnam membeli arsenal bawah air strategis itu karena ada peningkatan aktivitas militer China di perairan sekitar negara itu.

"Dalam lima-enam tahun mendatang, kita akan memiliki satu brigade enam kapal selam kelas 636 kilo," kata Menteri Pertahanan Phung Quang Thanh seperti dikutip oleh surat kabar yang dikendalikan negara, Tuoi Tre.

Media Rusia sebelumnya melaporkan, pada Desember 2009 Vietnam telah sepakat untuk membeli setengah lusin kapal selam tenaga-diesel senilai dua miliar dolar, namun Hanoi sebelumnya tidak mengomentari kesepakatan itu.

Thanh mengatakan, armada itu "jelas bukan dimaksudkan sebagai ancaman bagi negara-negara di kawasan," menurut laporan itu Kamis.

"Membeli kapal selam, rudal, jet-jet tempur dan peralatan lainnya untuk pertahanan diri," katanya tanpa menyebutkan bagaimana Vietnam membayar untuk investasi angkatan lautnya itu.

"Itu tergantung pada kemampuan ekonomi kita. Vietnam belum menghasilkan persenjataan dan peralatan militer modern, yang mahal untuk impor," katanya.

Para ahli ekonomi mengatakan, ekonomi negara itu dalam kekacauan dengan derap inflasi, perdagangan besar dan defisit anggaran, belanja negara tidak efisien, dan kesengsaraan-kesengsaraan lainnya.

Banyak perangkat keras militer Vietnam yang kuno, tapi pekan ini menerima pengiriman pertama dari tiga pesawat patroli pantai untuk polisi laut, kata Airbus Militer yang berbasis di Madrid.

Ketika berita-berita tentang kesepakatan Rusia pertama muncul, para analis mengatakan akuisisi itu bertujuan untuk memperkuat klaim Hanoi terhadap Beijing di Laut China Selatan.

Kedua pihak memiliki sengketa teritorial tumpang-tindih yang baru-baru ini berkobar.

Ketegangan-ketegangan meningkat pada Mei ketika Vietnam menuduh kapal penjaga perairan China memotong kabel-kabel eksplorasi kapal survei minyak di zona ekonomi eksklusif negara.

Negara-negara lain di kawasan juga menuduh Cina dalam beberapa bulan terakhir ini menjadi lebih agresif, dalam menegakkan klaimnya atas bagian-bagian dari Laut China Selatan.

Filipina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Taiwan juga memiliki klaim yang tumpang tindih untuk semua atau bagian dari perairan itu, yang diyakini kaya akan deposit minyak dan gas. (ANT)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2011