"Saya tidak berpikir bahwa kita perlu berpegang pada sanksi-sanksi yang tidak perlu."
Washington (ANTARA News/Kyodo/Xinhua-OANA) - Pemimpin oposisi dan demokrasi Myanmar, Aung San Suu Kyi, meminta pelonggaran sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Myanmar dalam pergeseran jelas dari sebelumnya bersikap hati-hati mengenai masalah itu.

Saat berbicara di acara diatur oleh Lembaga Perdamaian dan Masyarakat Asia-AS untuk membahas transisi demokrasi di Myanmar, Suu Kyi juga mendesak pihak Washington menyadari kebutuhan memromosikan aturan hukum di negaranya sambil membantu pemimpin reformis, Presiden Thein Sein.

Mengekspresikan "semangat besar" agar sanksi-sanksi itu akan dihapus, pemimpin partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) itu mengatakan,

"Pada bagian saya, saya tidak berpikir bahwa kita perlu berpegang pada sanksi-sanksi yang tidak perlu, karena saya ingin orang-orang kami bertanggung jawab untuk nasib mereka sendiri dan tidak bergantung terlalu banyak pada penopang eksternal," ujarnya.

Pemimpin oposisi dan anggota parlemen Myanmar ini menurut laporan kantor berita Xinhua pada Minggu malam lalu meninggalkan Yangon menuju Washington DC untuk memulai kunjungan pertamanya ke Amerika Serikat dalam 24 tahun.

Lawatan bersejarah 20 hari Suu Kyi ke Negeri Paman Sam itu atas undangan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, setelah kunjungannya ke Thailand pada Mei dan Eropa pada Juni.

Selama kunjungannya, Suu Kyi akan menerima penghargaan Medali Emas Kongres AS, kehormatan sipil tertinggi, serta Penghargaan Global Citizen yang disampaikan oleh Dewan Atlantik yang bermarkas di New York, kata Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Myanmar.

Selain menghadiri forum kebebasan di San Francisco, ia akan bertemu dengan warga Myanmar yang tinggal di beberapa kota di AS.

Pada Mei-Juni, Suu Kyi melakukan kunjungan pertamanya ke Thailand dalam 24 tahun dan menghadiri Forum Ekonomi Dunia.

Pada Juni, ia melakukan kunjungan 17 hari yang bersejarah ke lima negara Eropa, Swiss, Norwegia, Inggris, Irlandia dan Prancis.

Dia hadir di Oslo untuk memberikan sambut atas Hadiah Nobel Perdamaian yang diberikan pada tahun 1991, dan mengambil hadiah "Duta Besar Hati Nurani" di Dublin yang diberikan oleh Amnesty International.

Suu Kyi juga menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Oxford di Inggris dan penghargaan warga kehormatan kota Paris.

Sementara itu, AS dan Uni Eropa telah mencabut semua atau menangguhkan sanksi-sanksi terhadap Myanmar untuk meringankan negara yang memulai reformasi demokratis dan upayanya untuk terlibat dengan dunia.

NLD meraih kemenangan besar dalam pemilu sela 1 April, mengambil 43 dari 45 kursi parlemen terbuka, dan 37 pada Majelis Rendah Dewan Perwakilan Rakyat.

Suu Kyi sendiri memenangkan kursi DPR dengan konstituen wilayah Kawhmu, Yangon.

Dia dan anggota parlemen partainya dilantik pada 2 Mei, sementara pihaknya bersikeras pada tiga titik pendirian aturan hukum, perdamaian internal dan amandemen konstitusi.

Pada 7 Agustus, Suu Kyi dipilih sebagai ketua Komite 15 anggota di tingkat pusat untuk Penegakan Hukum dan Ketentraman di Majelis Rendah.
(Uu.H-AK/B002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2012