Santiago (ANTARA News) - Sebelas negara diharapkan menandatangani sebuah perjanjian perdagangan Asia-Pasifik di Santiago, Chile pada Kamis, sebagai sebuah penangkal terhadap kecenderungan Amerika yang semakin proteksionis, yang tahun lalu keluar dari pakta tersebut.

Upacara penandatanganan tersebut dilakukan sehari setelah Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) mendesak Presiden AS Donald Trump untuk mundur dari ambang perang dagang yang dipicu oleh rencana menerapkan tarif pada impor baja dan aluminium.

Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP) akan mengurangi tarif di negara-negara yang jumlahnya sama dengan lebih dari 13 persen dari ekonomi global - totalnya mencapai 10 triliun dolar AS. Dengan Amerika Serikat, itu akan mewakili 40 persen.

Sekalipun tanpa Amerika Serikat, kesepakatan tersebut akan menjangkau pasar hampir 500 juta orang, menjadikannya salah satu dari tiga kesepakatan perdagangan terbesar di dunia, menurut statistik perdagangan Chili dan Kanada.

Perjanjian 12 anggota asli, yang dikenal dengan Kemitraan Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP), dilemparkan ke dalam situasi diabaikan awal tahun lalu ketika Trump mengundurkan diri dari kesepakatan tersebut hanya tiga hari setelah pelantikannya dalam upaya untuk melindungi pekerja AS.

Ke-11 negara yang tersisa, yang dipimpin oleh Jepang dan Kanada, menyelesaikan sebuah perjanjian perdagangan yang direvisi pada Januari.

Trump juga mengancam untuk membatalkan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara kecuali dua anggota lainnya dari pakta tersebut, Kanada dan Meksiko, menyetujui ketentuan yang menurut Trump akan meningkatkan manufaktur dan lapangan kerja AS. Dia berpendapat bahwa kesepakatan 1994 itu telah menyebabkan migrasi pekerjaan dan pabrik-pabrik selatan ke Meksiko yang berbiaya lebih rendah.

Perjanjian yang direvisi, yang akan ditandatangani pada Kamis pukul 13.00 waktu setempat (18.00 GMT), menghilangkan beberapa persyaratan TPP asli yang diminta oleh juru runding AS. Itu termasuk peraturan yang meningkatkan perlindungan kekayaan intelektual obat-obatan, yang pemerintah dan aktivis negara-negara anggota lainnya khawatir akan menaikkan biaya pengobatan.

Versi final perjanjian tersebut dirilis di Selandia Baru pada 21 Februari.

Pada Januari, Trump mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia di Swiss bahwa mungkin saja Washington kembali ke perjanjian jika mendapat kesepakatan yang lebih baik. Namun, menteri perdagangan Selandia Baru mengatakan bahwa hal itu tidak mungkin dalam waktu dekat, sementara Jepang telah mengatakan bahwa mengubah kesepakatan tersebut sekarang akan sangat sulit.

Ke-11 negara anggota tersebut adalah Australia, Brunei, Kanada, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam, demikian Reuters.

Reporter: Apep Suhendar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018