Aquino mengatakan ia berharap pembicaraannya dengan Menteri Pertahanan Liang Guanglie akan membantu menghindari konflik ril di kawasan tersebut yang terletak di Laut China Selatan yang kedua negara klaim sebagai teritorialnya.
"Demi memelihara hubungan bilateral yang baik, kami akan sampaikan perasaan kami dan bertanya pada mereka bagaimana kita sebaiknya melihat insiden-insiden ini," katanya kepada wartawan.
"Harapan titik akhir ini adalah meminimalkan insiden-insiden seperti itu sebelum kami punya konflik sesungguhnya," kata Aquino, sehari menjelang Menhan Liang tiba di Filipina untuk lawatan empat hari.
Aquino menyebut satu insiden pada Maret ketika dua kapal China membayangi sebuah kapal eksplorasi minyak Filipina ketika di Spratly.
Ia juga menyebut satu insiden awal bulan ini ketika dua jet tempur asing terbang dekat dua pesawat jenis OV-10 Bronco milik Angkatan Udara Filipina di kawasan itu.
Media setempat melaporkan jet-jet itu milik China tapi pihak militer tidak akan mengkonfirmasi ini.
Menurut Aquino, insiden-insiden itu menunjukkan perlunya memiliki "tata laku" yang mengikat secara hukum untuk mencegah konflik di wilayah yang dipersengketakan antara negara-negara anggota ASEAN dan China di Laut China Selatan.
ASEAN telah mendesak China untuk menyepakati suatu "tata laku regional" mengikat yang akan mengatur aksi-aksi di Laut China Selatan.
Ini akan mengganti "deklarasi" tak mengikat oleh negara-negara yang juga mengklaim untuk tidak mengambil aksi-aksi yang membuat tidak stabil kawasan itu tetapi China enggan membahas dalam pembicaraan multilateral dengan ASEAN.
Gugusan pulau yang dilaporkan kaya minyak diklaim seluruh atau sebagian oleh China dan Filipina dan juga Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.
Filipina, Brunei, Malaysia dan Vietnam merupakan anggota ASEAN, demikian AFP melaporkan. (M016/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011